Sabtu, 18 Februari 2017

I Found You

Haii ^,^)/"

Lama yaa ssk nggak update cerita pendek disini.. hihi
Nah ini akhirnya keluar satu lagi cerita pendek yang bisa ssk selesaiin setelah beberapa waktu cuma ngendap di dunia antah berantah.. 

I share it @damastsiska (wattpad) too~

Jadi.. semoga kalian suka dan.. Selamat membaca~~~ 

Anyeong~
^_^)/"

***

Rico memutuskan untuk duduk di bangku panjang yang disediakan di halte bus kosong. Kakinya cukup pegal setelah berjalan santai selama sejam terakhir.

Selama itu pula, ia sama sekali tak menemukan seorang pun yang bisa ia tanya. Bahkan matanya hanya bisa melihat mobil pribadi melintas dan sesekali bus umum yang entah menuju kemana.

Kesekian kalinya Rico memaki hebat Ivan dalam kepalanya. Ya, Ivan Ardhani, sahabatnya sejak kecil yang dengan menyebalkan menyuruhnya turun begitu saja karena ia lupa kalau harus menjemput tunangannya.

Bahkan Rico sampai lupa membawa dompet dan ponselnya yang sedang ia charger di mobil Ivan. Dan karena itu pula, sekarang ia terdampar di halte kosong di jam yang telah menunjukkan pukul 10 malam.

Sedang asik dengan makian di kepalanya, telinganya mendengar suara langkah seseorang. 

Dengan gerak cepat kepalanya berputar ke sumber suara.

Matanya melebar penuh harap saat melihat sosok mungil wanita yang menggunakan jaket kebesaran berwarna biru gelap. Masker di wajahnya menutupi hingga di bawah mata. Membuat mata besar dan bulat wanita tersebut menjadi lebih menarik perhatian.

Hati Rico bersorak riang saat wanita itu melangkah masuk ke dalam halte tempatnya duduk. Ia masih duduk diam dan berusaha tenang, menunggu wanita itu untuk duduk lebih dulu sebelum ia bertanya.

Tapi sayang niatnya harus kandas karena wanita itu lebih memilih untuk berdiri di ujung halte. Membuat Rico menghela napas berat dan panjang cukup keras tanpa ia sadari.
Bahkan tingkahnya itu sampai membuat si wanita masker menoleh menatap ke arah Rico dengan tatapan tajam dan menyelidik.

'Hm.. sepertinya dia kira aku orang jahat.' Gumam Rico dalam hati.

Rico tersadar dari pikirannya saat wanita masker itu mengalihkan pandangannya ke arah jalan, memutus tatapan mereka.

"Tanya aja langsung lah." Gumamnya lirih.

Belum sampai ia berdiri, seorang laki-laki yang ia taksir berumur 2 atau 3 tahun diatasnya datang dan berdiri tak jauh di belakang wanita masker.

Entah mengapa, Rico memilih untuk kembali duduk dan mengawasi keduanya. Lebih tepatnya mengawasi bagaimana laki-laki itu menatap wanita masker dengan tatapan predator yang ia sangat tahu.

Rico langsung berdiri saat ia melihat wanita masker menghentikan bus besar dan laki-laki predator dibelakangnya ikut bergerak.

Niatnya untuk menghalangi laki-laki predator mendekat ke arah wanita masker itu gagal karena memang jaraknya lebih jauh dibandingkan dengan laki-laki predator itu. Setengah hati, ia tetap mengikuti keduanya berjalan paling belakang.

Rico sempat berdiri beberapa saat menatap tajam ke beberapa penumpang yang juga menatapnya penuh tanya. Bahkan ia bisa melihat beberapa tatapan memuja dari penumpang wanita.

Pandangannya terhenti pada wanita masker yang telah duduk manis dekat jendela di salah satu bangku berisi tiga orang.

Ia merasa kesal dan tidak suka saat matanya melihat laki-laki predator tadi juga ikut duduk di bangku yang sama dengan wanita tersebut. Membuatnya tanpa pikir panjang berjalan ke arah mereka.

"Bisa minggir?" Ucap Rico dengan suara rendah.

Membuat laki-laki predator menatap ke arah Rico dengan alis terangkat tak suka. Bahkan wanita masker itu pun sampai mendongak dan melebarkan matanya terkejut saat melihat wajah Rico.

"Ehm!!" Deham Rico tak sabar.

"Mas, mas itu tolong di geser ya duduknya." Suara teriakan dari sang kernet juga terdengar menyusul dari belakang tubuh Rico.

Tapi bukannya memberi jalan pada Rico, laki-laki predator itu malah bergeser dan duduk lebih dekat dengan wanita masker.

Kesal, Rico menjatuhkan pantatnya cukup kasar disana dan bus mulai bergerak.

Sesekali Rico melirik ke arah samping, mencoba melihat apa yang sedang dilakukan wanita masker itu. Tapi ia memaki dalam hati saat matanya justru menangkap raut tak nyaman dari wanita itu karena tatapan laki-laki predator yang duduk disampingnya.

"Sialan!" Geram Rico lirih, tapi ia pastikan agar laki-laki predator disampingnya itu masih bisa mendengar suaranya.

Benar, karena laki-laki predator itu langsung menoleh ke arahnya dengan kening menyatu di tengah. Dan Rico dengan gaya angkuhnya justru menarik salah satu sudut bibirnya. Mengejek laki-laki itu tanpa menolehkan kepalanya sama sekali.

"Permisi, ongkosnya."

Suara sang kernet membuyarkan kesenangan Rico. Ia bahkan baru sadar kalau ia tak memegang uang sama sekali.

Rico mendongak menampilkan wajah datar kepada kernet bus dan berkata sambil mengedikkan dagunya ke arah si wanita masker, "Ongkos saya sama wanita di pojok itu."

Sontak itu membuat wanita masker dan juga laki-laki predator menatap ke arah Rico dengan pandangan terkejut dan tak percaya.

Rico membuka suaranya lagi saat melihat wanita masker itu ingin bicara.

"Tunangan saya itu lagi ngambek pak, jadi dia pasti mau bilang kalau nggak kenal sama saya." Ucap Rico lagi, kali ini dengan senyum killer-nya.

Sang kernet bus ikut tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Klo mbak nya ngambek yo jangan malah disuruh bayar ongkos toh mas. Makin ngambek ntar mbak nya," sahut sang kernet.

"Dia malah harus dibegitukan dulu pak, kalau nggak nanti saya malah nggak di maafin terus sama dia."

Jawab Rico lalu terkekeh dan menatap wanita masker yang menatapnya balik tak percaya.

"Sayang, kamu bayar dulu ongkosnya ya." Ucapnya santai.

Wanita masker itu mendelik pada Rico, tapi tangannya tetap mengulurkan selembar uang 50 ribu rupiah kepada kernet bus.

"Pasar Sabtu ya pak." Ucap wanita masker dengan suara yang terdengar begitu lembut ditelinga Rico.

"Jangan lama-lama mba ngambeknya, nanti mas gantengnya saya ambil jadi mantu lho." Ucap sang kernet sambil menyerahkan uang kembalian dan hanya ditanggapi dengan senyum terpaksa oleh wanita masker.

Setelah itu, tak ada suara satupun. Yang terdengar hanya deru mesin bus yang melaju kencang di jalan tol.

20 menit Rico hanya duduk diam di tempatnya. Kepalanya berfikir bagaimana caranya untuk minta maaf pada wanita masker dan juga meminta tolong padanya lagi.

Fikiran Rico lagi-lagi terganggu, karena gerakan pelan dari laki-laki predator yang duduk disampingnya.

Ia menolehkan kepalanya dan mengetatkan rahangnya ketika melihat ketakutan yang begitu jelas terpancar di mata si wanita masker karena laki-laki predator yang mengarahkan tubuhnya mendekat ke arah wanita itu.

Rico menepuk pundak laki-laki predator itu agak keras. Membuat sang empunya menoleh dan menatapnya tajam, tak suka.

Tapi bukan Rico Ardhani namanya kalau ciut hanya karena tatapan itu. Ia justru memberikan tatapan datar dan dingin yang biasa ia perlihatkan saat sedang menghadapi lawan bisnisnya.

"Bisa tukar tempat duduk. Saya mau bicara sama tunangan saya disana." Ucap Rico dengan nada rendah sambil menunjuk ke arah wanita masker.

Laki-laki predator itu semakin mengerutkan keningnya mendengar ucapan Rico.

"Tunangan? Yang saya tahu, wanita disebelah saya ini masih single." Sahut laki-laki predator itu dengan mantap. Sekilas Rico bisa melihat senyum merendahkan di sudut bibirnya.

'Mereka kenal?! Sialan! Kenapa gw nggak mikir kalau kemungkinan mereka berdua saling kenal! Ric, lo...'

Makian Rico dalam hatinya hilang seketika saat telinganya menangkap suara lembut milik wanita masker.

"Dia memang tunangan saya. Biasa mandiri dan sering terlihat sendiri bukan berarti saya single."

Rico sempat terdiam menatap tak percaya dengan ucapan wanita masker itu selama beberapa detik. Namun kemudian ia berhasil mengembalikan kesadaran dirinya dan menampilkan senyum lebarnya.

Sementara laki-laki predator disampingnya menatap tak percaya ke arah wanita masker itu.

Rico menepuk pundak laki-laki predator itu sekali lagi.

"Bisa pindah sekarang?"
"Bisa tolong tukar tempat sama dia?"

Ucap Rico dan wanita masker itu bersamaan.

Dengan sangat tak rela, laki-laki predator itu mengangkat pantatnya untuk bertukar tempat dengan Rico.

Rico masih sempat melempar senyum penuh kemenangannya pada laki-laki predator tersebut sebelum berbalik menatap wanita masker.

"Makasih," gumam wanita masker itu setelah menarik turun masker yang menutupi sebagian wajahnya.

Rico sempat terpana melihat betapa manisnya wajah dibalik masker itu. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tanpa ia sadari. Entah mengapa jantungnya berdetak lebih cepat dan perasaan hangat menjalar ke setiap sudut tubuhnya karena ucapan lembut itu.

Rico baru ingin membuka mulutnya saat matanya menangkap gerakan laki-laki predator disampingnya yang terlihat sedang menajamkan pendengarannya.

"Bisa aku pinjam hp kamu?" Ucap Rico dengan menengadahkan tangannya ke arah wanita disampingnya.

"Buat apa?"

"Kamu pasti tahu kalau kamu kasih hp kamu ke aku, sayang."

Ucapan Rico itu membuat wanita tersebut menampilkan wajah terkejut yang cukup lucu bagi Rico. Tanpa sadar ia terkekeh pelan dan disambut dengan dengusan kesal dari laki-laki predator disebelahnya.

Tak mau menanggapi, Rico masih asik menatap wanita itu sambil terus menodongkan tangannya.

Wanita itu menghela napas panjang, sebelum merogoh ponselnya dari dalam tasnya dan memberikannya pada Rico.

Rico langsung menghubungi nomor ponsel miliknya sendiri, tapi tak ada jawaban. Ia memaki Ivan dalam hatinya sambil mengetikkan pesan kepada Ivan.

Setelahnya, Rico ingin mengetikkan sesuatu di aplikasi note untuk wanita itu. Tapi niatnya terhenti karena gerakan kepala dari laki-laki predator di sampingnya. Ia tahu kalau laki-laki itu masih mencoba untuk mencari tahu.

Dengan gerakan heboh, Rico memindahkan tubuhnya menjadi menyamping. Menutupi pandangan laki-laki predator itu dari ponsel di tangannya dengan tubuh tegapnya.
Dengan gerakan cepat ia mengetikkan sesuatu disana, lalu menyerahkannya pada wanita tersebut.

Wanita itu menerima ponselnya kembali dan membaca pesan dari Rico dengan wajah ekspresif.

Rico mengamati setiap detik ekspresi wanita itu yang telah berubah sebanyak 3 kali. Mulai dari matanya yang melebar, kemudian berganti menyipit penuh selidik lalu berubah lagi menjadi biasa dengan disertai helaan napas.

Rico masih menatap wajah wanita itu saat tangannya yang lentik bergerak mengetik balasan pesan untuknya.

Rico mengerutkan keningnya ketika wanita itu tetap menggenggam ponselnya tapi memperlihatkan tulisan yang tadi ia buat.

- Nanti kamu bisa ikut saya turun. Setelahnya kamu bisa naik taksi dari sana. Terima kasih karena sudah membantu saya lepas dari laki-laki predator yang ada di samping kamu itu. Dan.. nama saya.. kamu cukup panggil saya Lyn. -

Tak lebih dari 3 menit, wanita itu menarik kembali ponselnya dan menyimpannya ke dalam tas tangannya yang berwarna putih gading.

Rico hanya mengedipkan matanya beberapa kali, takjub melihat apa yang baru saja dilakukan wanita itu.

"Lyn.." gumamnya lirih menyebut nama wanita itu. Seolah sedang meresapi tiap kata dari nama tersebut.

Sedangkan wanita bernama Lyn hanya mengalihkan pandangannya keluar jendela. Berusaha tak lagi memperdulikan Rico yang masih menatap ke arahnya. 

***

Rico tersentak dari lamunannya karena tubuh mungil yang tiba-tiba saja memeluknya dan menyusupkan kepalanya lebih dalam ke dada bidangnya.

Senyumnya mengembang, melihat wajah manis itu bergerak tak tenang, mencoba mencari posisi yang nyaman disana.

Tangan Rico terulur menarik kepala wanita itu dan menyusupkan lengan kanan dibawahnya. Sementara tangan kirinya bergerak untuk mengusap lembut kening wanita itu.

"Waktu itu aku fikir tidak akan mungkin. Tapi sepertinya memang Tuhan selalu punya cara sendiri untuk menyatukan setiap pasangan. Seperti aku sama kamu Lyn," Ucapnya.

Tangannya berhenti mengusap kening Lyn-nya saat mata lebar wanita itu bergerak terbuka. Menatapnya dengan kening semakin mengerut dalam.

Rico memasang senyum manisnya mendapat tatapan dari wanitanya. Ya, wanita yang ditemuinya malam itu. Wanita yang akhirnya menjadi miliknya seorang setelah 8 bulan harus berusaha mati-matian meluluhkan dinginnya hati wanita yang kini ada dipelukannya.

"Kamu belum tidur?" Tanya Lyn dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Aku baru mau tidur sayang," jawab Rico setelah mengecup kening Lyn.

Lyn tak membalas ucapan Rico lagi, ia hanya memejamkan matanya kembali dan semakin mengetatkan pelukannya pada tubuh Rico.

"Love you, Lynda." Bisik Rico ditelinga Lynda dan kembali mengecup kepala wanita itu.

"Nado, Saranghae.." balas Lynda dengan gumaman dan kembali ke alam mimpi.

Rico mengecup kepala Lynda sekali lagi sebelum menutup matanya dan ikut bergabung dengan Lynda ke dunia mimpi dengan senyum menghiasi wajahnya.

***

By. Siska Damast
170218
🌹🌹🌹