Kamis, 30 Juni 2016

Wahai Pemilik Setengah Hati Ku

Dimanakah diri mu..
Wahai pemilik setengah hati ku..
Aku merindukan mu..
Aku mulai merasa letih mencari mu..
Menunggu mu datang menjemput ku..
Untuk membuat hati ku penuh dan utuh..

Kapankah kau datang pada ku..
Wahai pemilik setengah hati ku..
Kamu.. yang dipilih Tuhan untuk ku..
Untuk menyempurnakan kebahagiaan hidup ku..
Mengisi sisa hidup ku dengan warna warni tinta berkilau..
Mengisi lembaran hitam pekat yang masih kosong..

Cepatlah datang..
Temui aku disini..
Jemput aku dan bawa aku menjadi bagian dari dunia indah mu..
Jangan biarkan aku merasa semakin lelah sendiri disini..

Temukan lah aku disini..
Wahai pemilik setengah hati ku...

Aku.. menunggu mu..
Di sini..

By. Chy Zy
160630
🌹🌹🌹

Rabu, 22 Juni 2016

Dimana ?

Menatap satu titik nun jauh di sana..

Bisakah kau temukan aku disini?

Tak tahu kemana ku harus melangkah untuk menemukan mu...

Wahai pemilik setengah hati ku..

By. Chy Zy
160622
🌹🌹🌹

Jumat, 10 Juni 2016

회야

하얀.. 얼골에 젖은..
식어가는 , 너의 모습이..
밤마다.. 꿈속에 남아..
아직도 , 널 그리네..

( 회야 - 이승철 ) 

TEROR

Mimpi buruk itu...
Mereka datang kembali
Menghantui ku setiap malam

Takut...
Untuk terus ada di dalam nya
Begitu gelap dan mengerikan
Terus terbayang wajah yang tak pernah ku kenal
Menyeringai, menatap ku tajam dan dingin

Letih...
Harus terjaga karena paksa
Napas tersengal, seakan oksigen menghilang
Sekujur tubuh yang basah keringat dingin
Serta bayangan yang terekam dalam memori kepala ku

Tolong...
Tolong aku !
Ku mohon, tolong aku !

Aku tak ingin terus seperti ini
Aku ingin melewati malam ku dengan tenang
Tidak dengan keadaan seperti ini lagi

Aku gila...
Aku akan benar-benar menjadi gila lagi
Wajah pucat, kantung mata hitam legam,
Sorot mata kosong dan membunuh,
Kepala yang penuh dengan rekaman ulang kejadian di sana sini.

Tolong aku ...
Tolong aku ...
Tolong aku ...

By. Chy Zy
160611
🌹🌹🌹

WITH YOU

Here I am, can you feel ?
My hidden heart
In case it hurts,
I'm staying by your side

Here I am, can you hear it ?
The small trembled of my heart
It's probably love,
I think of you

I'm dreaming to be with you
The one and only you
O believed that you will protect me
I'll always be with you,
So my heart won't hurt...
...To be with you

( Lyn - With You )
👩👩👩
🌹🌹🌹

P U Z Z L E

We’re like a puzzle..

Always, I want to laugh as many as the stars

On a twinkling puzzle piece,

Let’s paint our loving future

We’re like a puzzle..

I want to count the number of dreams with you

Let’s walk at a gentle pace

Let’s make a vow of eternity...

( CNBLUE - Puzzle )

👨👨👨👨👨👨👨👨
🌹🌹🌹

Sabtu, 04 Juni 2016

Peta Buta dan Kehidupan

Kehidupan seperti peta buta..

Tak terlihat apa yang ada di jalan selanjutnya

Tapi meninggalkan begitu banyak jejak dibelakang

Berbelok ke kanan juga ke kiri

Memutar balik dan tersesat

Kembali lagi menuju jalan yang sama

Diam di tempat untuk berpikir

Mengerahkan tenaga dan hati untuk memilih

Memutuskan untuk hal yang harus dilakukan selanjutnya

Merencanakan lagi dan lagi jalan yang seharusnya ditempuh

Dan seperti peta buta juga

Tak tahu siapa kawan yang membantu untuk berjalan ke depan

Dan siapa lawan yang berusaha untuk menyesatkan dan menghilang

Kehidupan seperti peta buta

Peta buta kehidupan

By. Chy Zy
040616
🌹🌹🌹

Jangan Menyerah

Berjuanglah..

Jangan menyerah..

Masa tersulit saat ini, pasti bisa dilalui...

Berat memang, tapi berusahalah..

Ada keajaiban lain di depan sana..

Jangan pernah menyerah..

Berjuang lah..

By. Chy Zy
040616
🌹🌹🌹

Kamis, 02 Juni 2016

Rindu

Rindu..

Merindukan mu..

Aku merindukan dirimu..

Apakah kau merasakannya?

Apakah kau menyadarinya?

Apakah kau melihatnya?

Mampukah kau berpaling hanya untuk sekedar melihat keberadaan ku di sini?

Dan aku tahu jawabannya

T. I. D. A. K.

By. Chy Zy
160603
🌹🌹🌹

Mimpi menjadi Cerita

~ BREAKING THE DISTANCE ~

Icha berdiri tidak jauh dari salah satu stand paling ramai malam itu. Wajahnya memancarkan keingintahuan yang besar, tapi langkahnya terlihat ragu untuk menembus keramaian tersebut. Ia menghela napas panjang beberapa kali kemudian memantapkan hatinya untuk melangkah masuk dalam keramaian itu. Tubuhnya yang terbilang mungil membuatnya sedikit kesulitan untuk berjalan di dalam sana. Beberapa pengunjung yang berjalan ke arahnya untuk keluar dari sana menabrak nya, membuat Icha kehilangan keseimbangan.

'Akh! Aku jatuh!' ucapnya dalam hati.

Matanya terpejam, menunggu rasa sakit yang akan mendera tubuhnya. Beberapa detik berlalu, tapi ia tidak merasakan sakit sama sekali. Icha justru merasakan sebuah tangan besar di punggung nya, menahan tubuhnya. Matanya terbuka lebar saat mendengar suara yang sangat familiar di telinga nya.

"Kamu nggak apa-apa?"

"Pu..putra.." Icha gugup saat melihat wajah penolongnya.

Putra Dwi Cahaya, nama laki-laki itu, laki-laki yang selama ini ia cintai. Insiden kemarin malam di acara amal yang diadakan oleh OSIS SMA Bluestar bersama dengan alumni, membuat Icha begitu malu untuk berada begitu dekat dengan nya lagi.

Bagaimana tidak, kemarin malam, di depan seluruh panitia, Salsa mengungkapkan perasaan Icha pada Putra dengan suaranya yang lantang seperti speaker masjid.

Icha benar-benar malu karena ia harus mendengar dan menerima ledekan dari semua orang yang berada disana saat itu. Meskipun Putra terlihat tidak begitu mempedulikan hal tersebut, tapi Icha tetap tidak bisa mengabaikannya.

6 tahun mereka tidak pernah bertemu atau sekedar bertukar sapa lewat media sosial pun tidak pernah. Hanya beberapa bulan terakhir saja mereka jadi sering bertemu dan bicara lagi. Tapi hal yang mereka bicarakan selalu berputar tentang keperluan acara.

Dan karena ucapan Salsa kemarin, hubungan mereka berdua semakin kaku. Lebih tepatnya Icha yang selalu menghindari bertatapan langsung dengan laki-laki itu. Ia semakin menghindar saat tadi melihat Putra datang bersama seorang wanita cantik dan juga modis.

Sebuah petikan jari di depan wajah Icha membuatnya tersadar dari pikirannya.

"Kamu nggak apa-apa?" Putra bertanya untuk yang kedua kalinya pada Icha.

"I..iya.."

Icha merutuki dirinya sendiri mendengar suaranya yang begitu gugup. Padahal laki-laki di depannya itu terlihat begitu tenang, bahkan memberikan senyuman manisnya.

"Kamu segitu ingin nya melihat ke sana ya?"

Icha yang di tatap dengan senyum manis seperti itu tidak bisa mencerna apa yang terjadi di sekitarnya, sibuk dengan pemikiran bodoh nya yang terus menggema dalam kepalanya. Pandangannya lurus menatap wajah tersenyum Putra yang menatapnya balik menunggu jawaban dari pertanyaan nya.

'Sejak kapan dia di sini? Kemana wanita yang tadi datang bersamanya itu? Apa mungkin mereka itu bukan... Oh, tidak! Tidak mungkin! Wanita itu pasti pacarnya. Jangan bodoh Icha!'

Putra yang tidak mendapatkan jawaban dan hanya di pandangi oleh Icha, mulai merasakan panas menjalar di wajahnya. Ia segera menarik tangan Icha, menuntun nya maju ke bagian paling depan stand. Icha terlonjak kaget saat Putra menarik tangannya dalam diam, melewati keramaian pengunjung disana.

Susah payah mereka akhirnya berhasil sampai ke depan stand. Tapi apa yang ditampilkan oleh si pemilik stand membuat keduanya tak bisa berkata-kata.

Di depan stand ada sebuah meja persegi panjang dilapisi dengan kain hitam dan benda-benda aneh, yang belum pernah Icha lihat, ditata rapi diatasnya.

Disamping meja tersebut, berdiri seorang wanita paruh baya, berbicara lantang mengenai ramalan. Wanita itu menggunakan pakaian serba hitam, wajahnya pun di dandani layaknya penyihir dalam cerita dongeng anak-anak. Bahkan sapu terbang nya pun tidak ketinggalan, di genggamnya erat dan di gerak-gerakan heboh saat ia bicara.

Mulut Icha setengah terbuka, masih tidak percaya dengan pemandangan di depannya. Bagaimana mungkin ada stand seperti itu di sana? Sedangkan Icha sama sekali tidak pernah mendengar akan ada stand seperti itu selama rapat persiapan kemarin.

Perlahan ia mencoba melirik ke arah Putra yang berdiri disampingnya. Ia ingin tahu bagaimana reaksi nya melihat hal tersebut. Tapi yang Icha lihat hanya seorang pria dewasa tampan yang berdiri santai dengan wajah yang terlihat - lebih ceria - dari sebelumnya, seperti begitu menikmati pertunjukkan tersebut.

Icha tidak begitu mendengar apa yang dibicarakan di depan sana. Ia sibuk memeperhatikan Putra disampingnya. Matanya seperti dua kutub magnet yang tidak bisa lepas dari Putra.

Tiba-tiba saja Putra menoleh ke arahnya, menatap Icha dengan manik gelapnya yang tajam. Icha terkejut dan rona merah muncul di wajahnya, menampilkan jelas kalau wanita itu malu karena tertangkap basah sedang memandangi Putra. Tapi ia mencoba untuk menutupi nya dengan sikap dingin.

"Apa?!"

"Tangan," jawab Putra.

Ia sedikit berbisik sambil menunjuk ke satu arah dengan lirikan matanya dan senyum yang dipaksakan.

Icha mengikuti arah yang ditunjuk oleh Putra dan ...

TTAARRAAA...

Icha hampir saja berteriak kalau tangannya tidak segera mendekap mulutnya. Penyihir itu berdiri begitu dekat di depannya. Tersenyum lebar sambil menjulurkan satu tangannya pada Icha. Seperti seorang penyihir tua yang menyeringai karena puas telah berhasil menemukan bahan untuk ramuan obat ajaibnya.

Bingung, Icha menatap ke arah Putra lagi. Tapi Putra hanya menatapnya balik dan mengangguk kan kepalanya.

Melihat itu, Icha kembali menatap penyihir di depannya. Ragu ia bertanya, "Sa..ya?"

Penyihir itu semakin tersenyum lebar mendengar pertanyaan Icha.

"Iya. Boleh saya lihat telapak tangan anda yang cantik?"

Setengah ragu dan takut, Icha menjulurkan tangannya pada penyihir itu setelah menganggu kan kepalanya pelan.

Setelah memegang tangan Icha, penyihir itu menoleh ke arah Putra dan melakukan hal yang sama.

Tidak seperti Icha, Putra justru menjulurkan tangannya dengan senyum di wajahnya.

Penyihir itu diam dan memperhatikan telapak tangan mereka berdua bergantian.

Putra begitu santai memeperhatikan apa yang dilakukan oleh penyihir itu.

Sementara Icha bergidik ngeri karena hal tersebut. Di matanya, ia seolah melihat penyihir tua itu sedang menimbang tangan siapa yang akan ia bawa pulang.

Icha lagi-lagi terlonjak di tempat nya saat penyihir itu menatap nya tajam tiba-tiba.

Merasakan ketegangan Icha disampingnya, Putra menyampirkan tangannya yang bebas ke pundak Icha. Mengusap pelan dan tersenyum manis saat Icha menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan.

Icha baru saja ingin membuka mulutnya tapi suara lantang milik penyihir itu berhasil mengalihkan perhatiannya.

"Bagus! Bagus sekali! Garis tangan kalian berdua sangat cocok. Kalian memang berjodoh,"

Mata Icha membuka tv sempurna mendengar ucapan penyihir itu. Tapi yang dikatakan selanjutnya membuat wajah Icha merah padam karena malu.

"Hmm..." gumam nya mengamati lagi tangan Icha dan Putra.

"Kalau kalian ingin melanjutkan hubungan kalian ke jenjang pernikahan, saya sarankan kalian melangsungkan nya di pertengahan tahun depan. Waktu itu akan sangat bagus untuk kalian," ucapnya lagi, kali ini ia tersenyum cerah. Meskipun tetap menyeramkan karena make up tebalnya itu.

"Tapi kami buk..."

"Benarkah itu? Wah, sepertinya rencana pernikahan kami memang harus di undur sampai tahun depan. Karena sepertinya wanita disamping saya ini masih belum sepenuhnya siap. Padahal saya ingin cepat menikah dengan nya." ucap Putra memotong ucapan Icha. Suaranya benar-benar terdengar begitu bahagia, seakan mereka berdua memang sepasang kekasih.

Beberapa pengunjung perempuan yang mendengar itu melemparkan tatapan iri pada Icha, membuat wajah Icha semakin memerah.

"Hahaha. Saya ikut berbahagia untuk kalian berdua, tapi anda harus bersabar sedikit lagi. Hahaha,"

Icha mendengar suara melengking penyihir itu, seakan tidak ingin kalah bahagia dari Putra.

Entah apa lagi yang mereka berdua bicarakan. Icha sudah tidak dapat mendengarnya, sibuk dengan makian nya yang semakin menjadi dalam pikirannya.

'WHAT!! Menikah?!! Mereka berdua itu benar-benar... Aish!!! Kenapa dua hari ini aku selalu mendapat masalah seperti ini sih! Putra bodoh! Apa yang ia pikirkan saat mengatakan hal itu. Bagaimana kalau pacar nya itu melihat kejadian ini?! Aarrgghhh... Putra bodoh! Ramalan bodoh! Aarrggghhh.. Tidak! Sepertinya akulah yang bodoh! Kenapa aku mau saja di ramal oleh penyihir aneh itu!!'

Putra baru saja memberikan beberapa lembar uang kepada penyihir itu, saat Icha menariknya menjauh dari sana. Menghindari percakapan yang tidak seharusnya dibicarakan di depan banyak orang.

Jangan lupa di ingat, 'Icha dan Putra tidak memiliki hubungan apapun!'

Beberapa orang yang mereka lewati, melemparkan senyum penuh arti. Bahkan beberapa yang mengenal mereka mengucapkan selamat. Icha mengacuhkan nya dan berusaha segera menjauh dari sana. Sedangkan Putra justru membalas ucapan selamat itu dengan senyum lebar di wajahnya.

Icha melepaskan genggamannya dari tangan Putra setelah mereka berada cukup jauh dari stand tadi.

Ia menatap tajam ke arah Putra yang diam memandangnya dengan senyum jahil.

"Apa maksud sikap kamu tadi? Kita nggak pernah punya hubungan apa-apa. Tapi tadi itu... Kamu... Penyihir itu..."

Icha tidak dapat menyelesaikan ucapannya. Ia memejamkan kedua matanya erat, mencoba meredam emosinya.

"Kenapa? Peramal tadi bilang kita jodoh dan bisa nikah tahun depan kan. Apa kamu mau nikah tahun ini juga? Aku sih nggak keberatan," ucap Putra santai, masih dengan senyum diwajahnya.

"Kamu punya pacar dan dia ada disini sekarang! Pikirkan gimana perasaan nya kalau dia tahu kejadian barusan, Put!" sembur Icha.

Perkataan Putra sukses membuat emosinya meledak. Kemarahan Icha itu juga berhasil membuat senyum Putra menghilang, digantikan dengan wajah datar nya yang membuat nya terlihat menyeramkan.

"Aku... Kamu... Aku pergi duluan," ucap Icha tidak ingin melanjutkan ucapannya.

Ia segera berbalik untuk pergi menjauh dari sana, tapi tangan Putra lebih cepat untuk menahannya tetap disana.

"Putra!!"

Suara seorang wanita yang baru pertama kali Icha dengar membuat mereka berdua mengalihkan pandangan.

Melihat si pemilik suara, Icha segera menepis tangan Putra dan sedikit menjauh dari nya.

"Oh! Ini siapa?" tanya wanita yang kini berdiri di samping Putra. Menatap Icha menyelidik, sementara tangan nya sudah menggelayut manja di lengan Putra.

"Ini orang nya yang sering aku ceritain," jawab Putra tanpa melepas pandangan nya dari Icha.

'Eh? Cerita? Aku? Tapi kenapa?' gumam Icha dalam hati.

"Oh jadi ini yang nama nya Icha. Akhirnya aku bisa ketemu juga," ucap wanita itu riang.

"Aku Silvi. Sepupunya Putra yang di jogja. Senang deh bisa kenal juga sama kamu," ucapnya lagi sambil menjulurkan tangannya pada Icha.

'Sepupu?! Ah, sial! Icha.. Kamu benar-benar makhluk terbodoh!' maki nya dalam hati.

Tangan nya terjulur ke depan, menerima uluran tangan Silvi. Icha bisa melihat sekilas wajah Putra yang tersenyum senang memandangi mereka berdua.

"Iya, kenalin ini Silvi. SEPUPU aku, BUKAN PACAR aku." ucap Putra dengan penuh penekanan , membuat wajah Icha memanas dan memerah lagi.

"Pacar?! Hahaha, aku itu sepupunya asli kok. Tenang aja, aku berani jamin kalau Putra ini udah cinta mati sama kamu." ucap Silvi menggoda, yang dibalas dengan jitakan dikepalanya oleh Putra.

Setelah berbicara sebentar, atau lebih tepatnya menggoda mereka berdua tentang kejadian di stand peramal barusan, Silvi pamit untuk melihat-lihat lagi.

Hening.

Baik Putra maupun Icha tidak ada yang membuka mulutnya. Membuat suasana di antara mereka menjadi kaku kembali seperti saat mereka pertama kali bertemu beberapa bulan yang lalu.

Putra mengusap tengkuknya, berdeham kemudian menarik dan menghembuskan napas dalam. Lalu ia memegang pundak Icha dan menatap nya lembut, membuat Icha semakin diam, salah tingkah karenanya.

"Aku.. Jujur aku bingung harus mulai dari mana. Tapi, aku mau kamu tahu kalau selama 6 tahun ini perasaan aku ke kamu masih sama, Icha. Beberapa bulan terakhir sering ketemu kamu, aku semakin nggak bisa bahan perasaan aku. Aku sayang kamu,"

Putra berhenti sebentar, menelan ludahnya berisik. Ia memejamkan matanya, mencoba untuk menenangkan degup jantung nya yang begitu kencang.

"Dan tadi itu aku serius. Rencana nya setelah acara ini selesai aku akan nunjukin perasaan aku ke kamu. Aku semakin yakin setelah apa yang dilakukan Salsa kemarin,"

Ia menarik napas dalam lalu melanjutkan, "Apa kamu mau jadi satu-satu nya orang spesial yang selalu ada disamping aku selamanya?"

Icha membeku. Otak nya berhenti bekerja, membuatnya seperti patung yang hanya bisa memandang wajah tegang di depannya.

"A..aku..."

"ICHA NGGAK MUNGKN NOLAK LO!!"

Salsa berteriak dari depan stand yang paling dekat dengan tempat mereka berdua berdiri lalu tertawa terbahak-bahak.

"Ck! Selalu aja ganggu moment orang," gumam Icha pelan, melotot pada Salsa. Tapi Putra masih bisa mendengarnya jelas.

"Mak..maksudnya... Jadi kamu..." tanya Putra terbata-bata.

Icha mengalihkan pandangannya dari Salsa saat mendengar suara Putra. Wajahnya terasa panas, tapi ia mengangguk kan kepalanya pelan. Kemudian memberanikan diri menatap langsung wajah Putra dan tersenyum malu.

"Perasaan aku juga sama seperti mu," ucapnya pelan.

"Seriously?" tanya Putra lagi, masih tidak yakin dengan apa yang di dengar nya.

Icha kembali mengangguk kan kepalanya lebih mantap. Matanya memandang ke dalam manik gelap milik Putra.

Melihat itu, Putra langsung menariknya ke dalam pelukan nya, menggumamkan kata terima kasih berkali-kali. Membuat Icha membalas pelukannya itu dengan senyum lebar.

"Putra! Lihat deh, aku tadi nemuin stand makanan dari durian loh," teriak Silvi senang yang entah sejak kapan sudah berada didekat mereka.

Icha yang mendengar kata 'Durian' langsung mendorong Putra dan berjalan menjauh dari sana.

"Yah!! Jangan bawa itu ke sini," teriak Putra pada Silvi yang terkejut dengan sikap sepupunya itu. Lalu ia segera berlari mengejar Icha yang semakin jauh.

Silvi mengerucutkan bibirnya sebal. Salsa menghampirinya dengan tawa yang masih belum surut.

"Hahaha.. Sabar ya vi. Icha itu anti banget sama durian." ucap Salsa disela tawanya.

Sedangkan Silvi hanya menghela napas mendengarnya karena ia maniak dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan durian. Hancur total rencana nya untuk mengajak Icha menemani nya berburu makanan satu itu.

"Mereka berdua itu..." ucap Salsa setelah tawanya berhenti.

"Pasangan paling lemot yang pernah aku tahu," lanjut nya. Matanya menatap jauh ke arah Putra yang berusaha membujuk Icha untuk berhenti menjauh darinya.

Silvi yang berdiri disamping Salsa ikut tersenyum melihat hal yang sama, karena ia sangat tahu bagaimana sepupunya itu terlihat bahagia saat menceritakan semua tentang Icha padanya.

End

By. Chy Zy
🌹

Words

Here I am way to you
I hope that someday you will realize
That I can see forever in your eyes
And I'm wishing my dream will come true
I am lost without you
You are my everything

( Gummy )
🌹