Selasa, 06 September 2016

Kata ini.. sungguh, maafkan saya.

Maafkan saya.. saya hanya ingin berkata yang sejujurnya. Jangan berharap pada diri saya.

Hati saya sepertinya masih berhenti pada satu nama itu. Dan entah sampai kapan, saya sendiri tidak tahu. Sulit menghapus atau menyimpan nama dirinya. Bahkan tanpa saya sadari, saya mencari sosok dirinya pada diri orang lain.

Dan karena hal itu, saya pernah menyakiti hati seseorang. Cukup sekali itu saya menyakiti orang yang saya tahu begitu tulus menyayangi saya. Saya tidak ingin lagi menyakiti ketulusan hati seseorang.

Sekarang, saya katakan sejujurnya. Hati saya masih diisi oleh nama laki-laki itu. Laki-laki yang saya kenal 10 tahun lalu. Laki-laki yang dengan cara bodohnya memaksa masuk ke dalam hidup saya. Mengatakan satu kata yang terus berputar dalam fikiran saya seperti kaset rusak.

Namun kemudian benang merah diantara kami terputus begitu saja. Menghilang dan tak pernah lagi ada di antara kami. Bahkan mungkin, benang merah itu benar-benar telah menghilang dan tak akan pernah ada lagi sampai waktu saya habis.

Saya akui, saya tak pernah sekalipun benar-benar mau mengakui perasaan saya untuknya. Yang saya lakukan selama 10 tahun ini hanya mengelak, menolak dan tak mau mengakui.

Dan semakin saya menolak, hati saya justru semakin kuat dan yakin. Sampai akhirnya saya mencoba berdamai, saya akui kepada diri saya sendiri, pada hati saya sendiri, kalau saya mungkin memang telah mencintainya.

Ya, mungkin saya memang benar mencintai laki-laki itu.

Sungguh, jalinan benang merah itu telah terputus sejak 6 tahun lalu. Tapi hanya dengan melihat dirinya dari sudut gelap yang saya buat, saya berani kembali melangkah ketika jatuh. Saya tersenyum saat terluka. Dan saya bersyukur saat saya berduka.

Tak pernah saya lepas mengucap doa untuk kebahagiaannya. Kebahagiaan hidupnya yang seutuhnya. Melihat dia bahagia, saya jauh lebih bahagia dibandingkan harus melihatnya terluka dan kecewa.

Tidak, saya tidak sanggup. Melihatnya terluka dan kecewa itu terlalu menyakitkan untuk saya. Rasanya sakitnya sama seperti saat ibu saya mengacuhkan saya karena kesalahan yang saya perbuat. Itu sangat menyakitkan dan saya tidak sanggup.

Saya hanya akan terus berharap, baik dia maupun kamu, selalu mendapatkan kebahagiaan yang berjalan seterusnya.

Dan sekali lagi, terima kasih. Dan mohon maafkan saya karena tak bisa menerima perasaan yang saya tahu tulus itu. Sungguh, saya hanya tak ingin menyakiti ketulusan seseorang untuk kedua kalinya. Saya minta maaf atas kejujuran saya yang menyakitkan ini.

-ttd-
🌹🌹🌹

Tidak ada komentar:

Posting Komentar